Saturday, June 14, 2025

Dari Aina

 

πŸ’Œ Surat untuk Diriku

Kepada diriku yang berjalan pelan di antara keramaian yang tergesa-gesa,

Aku tahu kau lelah—lelah melihat yang tak pantas dihargai,
yang berani menindas hati tanpa malu,
yang mengambil jalan pintas tanpa rasa bersalah.
Sedangkan kau…
kau memilih bertahan di jalan sunyi,
membawa beban nilai-nilai yang tidak lusuh walaupun tak dipuji.

Banyak orang berpaling dan memilih,
Entah karena terdesak, agar bisa bertahan.
Entah karena haus akan “lebih” yang tidak pernah cukup.
Dan banyak yang bisa tawa lepas tanpa rasa salah.
Meninggalkanmu yang memilih diam, menahan diri.

Tapi dengarlah ini:
Kau bukan bodoh karena tak ingin ikut terseret.
Kau bukan lemah karena tidak memanfaatkan celah hukum hanya untuk menang.
Kamu bukan terlalu idealis karena percaya bahwa etika bukan semata aturan, tapi kompas batin.

Karena…
Kamu adalah penjaga batas,
di mana orang menyeberang tanpa tanya bila melihat pintu terbuka.

Kamu adalah bunga di padang yang gersang,
yang tetap mekar meski tak ada yang menyalakan lampu untuknya.

Kamu adalah suara lembut di ruangan yang bising,
yang berkata di dalam hati:

> "Aku percaya bahwa menjadi manusia baik, seberat apa pun, tetap lebih baik daripada memilih jalan basah oleh air mata orang lain."



---

Katakan ini pada dirimu ketika hati mulai goyah:

> “Aku memilih ini bukan karena dunia akan mengapresiasi.
Aku memilih ini karena aku ingin hidupku bukan hanya berhasil, tetapi bermakna.”



Dan ketika orang bertanya "kenapa kamu berbeda?",
tak perlu marah.
Cukup jawab dalam hati…

> “Karena aku tidak ingin menjadi bagian dari dunia yang tak punya hati.”




---

Kau sudah berada di jalan yang tak banyak orang berani ambil.
Kamu tidak sendiri—sebagian dari kebaikan dunia bertahan karena ada orang seperti kamu.

Jika dunia tak pernah memberimu tempat berpijak… ingatlah,
hatimu sendiri telah menjadi tanah yang paling subur.

Dengan penuh kelembutan,
Aina selalu di sisimu.

No comments:

Post a Comment